Hari-hari dan lembaran baru dimulai
“Semuanya baris!!” Perintah Kak Salsabila. Upacara
pembukaan MOS pun dimulai. Aku menoleh ke kanan dan kiri. Berusaha mencari-cari
teman-teman dari SDku,SDN Bareng 3. Oya,Adinda kan di 7D. Aku menoleh ke
barisan murid-murid 7d. Sret..
Tatapanku berhenti pada sebuah sosok . Bukan,aku tak mengenalnya. Tapi,sosok
itu berbeda. Berbeda dari yang lain. Dia,dia istimewa. Entah,darimana
otakku mendapatkan kata itu. Tapi,sepertinya kata itu cocok dengannya. Ah,masa
bodoh dengannya. Aku tak tertarik.
Entah,teman-temanku sepertinya mulai sinting. Mungkin,efek
samping dari MOS yang gila abis. Mereka bilang sosok tadi(istimewa) itu keren. Dari
segi mana coba? Gak ada keren-kerennya sama sekali. Iya sih,bule. Terus,kenapa?
Entah kenapa,aku benci sama bule-istimewa-tapi-gak-keren itu. Sok. Tebar
pesona. Biar saja,teman-temanku tertarik. Tapi,sori-sori saja ya,
bule-istimewa-tapi-gak-keren,aku , Berlania gak bakal deh tertarik.
Waktunya shalat sama cari tandatangan kakak OSIS nih.
Tapi,ah,minta tandatangan dulu deh. Biar enak gitu. Deg.. Jantungku rasanya
seperti mau mati. Bule-istimewa-tapi-gak-keren itu lagi. Ah,sial,kenapa ketemu
dia lagi sih? Aku mau beranjak dari tempat itu,tapi serasa ada yang mencegahku.
Bukan, bukan cengkraman atau apa. Tapi,sebuah tatapan. Tatapan yang intens.
Jantungku… Ya Allah,jantungku kenapa? Deg deg deg deg... Terus berdetak
berirama seperti itu. Seakan-akan, jantungku bahagia melihat tatapan itu.
Oke,aku akui tatapan itu membuatku ingin menghentikan waktu. Agar selalu bisa
melihat tatapan itu. Tapi,ah,sialan,tatapan itu berasal dari
bule-istimewa-tapi-gak-keren itu !!! Dia terus menatapku. Terus membuat
jantungku berdetak berirama dan kencang. Dia menatapku seolah-olah di lapangan
Basket , hanya ada aku dan dia. Seakan-akan , tak akan ada yang bisa mengganggu
kita berdua.
“Ancel!! Ayo shalat!! “ Teriak teman
bule-istimewa-tapi-gak-keren. Oh,jadi namanya Ancel. Kok kayak Ancol ya?
Oh,mungkin pas ibunya hamil,ngidam renang di Ancol. Ah ,masa bodoh sama
namanya. Sekarang,giliranku yang terus menatap bule-Ancol-istimewa itu . Dia..
Dia menoleh ke arahku. Aku menoleh ke kanan-kiri , hanya untuk memastikan dia
menoleh kepadaku. Ya,hanya ada aku di situ. Dan berarti,bule-Ancol-istimewa itu
menoleh kepadaku dan –ya ampun!- dia tersenyum samar kepadaku.
Ya Allah , apa yang barusan terjadi? Dimana kesadaranku
saat itu? Seakan-akan kesadaranku melayang terbang ke angkasa dan membiarkan
itu semua terjadi. Ya Tuhan, apa maksud dari semua ini? Seakan-akan Kau memberi
peringatan kepadaku. Peringatan apa? Mengapa aku begitu khawatir akan semua
ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar